Rabu, 25 Maret 2015

cinta memang tidak buta, tapi cinta mematikan logika

Selamat pagi dunia,,,! Pagimu yang cerah, telah ku nikmati dengan keberangkatanku menuju kampus. Namun hari ini aku merasa kurang enak fikiran. Entah apa yang sedang merusak fikiranku kali ini. Lagi-lagi aku menjadi pribadi yang lemah, sering murung, males untuk melakukan kegiatan apapun dengan ceria. Dan lagi-lagi aku membuat kesalahan kepadanya, aku mulai membuatnya marah, jengkel, bahkan malas untuk menghadapi semua sikap anehku. Maaf...!!!  Aku tau aku salah, aku tau aku sangat egois, memaksakan kehendakmu akan semua keinginanku. Terkadang aku juga menyadari, semua keanehanku, aku jatuh cinta pada seorang yang jelas jelas tak ku ketahui bagaimana pribadinya, bagimana pola suara dan nadanya, meski pada dasarnya aku tau bagaimana wajahmu, bagaimana senyum manismu. tapi tetap saja, semua tidak normal! Buatku. Kita tidak pernah bertemu sebelumnya, kita juga tidak pernah bicara apapun sebelumnya via suara. Kita hanya saling tau lewat dunia yang tidak nyata. Berkomunikasipun sebatas chatting lewat fb, dan bbm. Lalu dari mana benih itu muncul? Bukankah semua orang mengatakan witing trisno jalaran soko kulino. Terus,,kalo aku sama kamu, apa sama2 bisa dikatakan sebagai teori budaya yang mengatakan cinta tumbuh karna terbiasa? Jika memang iya! bukankah harusnya itu berlaku, jika kita terbiasa, bertemu, biasa bercanda gurau, biasa menukar pendapat. Tapi dalam kasusku dan kamu itu beda! Dilihat dari sikapmu, dilihat dari bagaimana responmu. Jelas tidak mungkin berlaku, kan? Tapi kenapa? Kenapa aku harus kembali merasakan cinta, dan menjatuhkan cintaku ke kamu? Dan Pada saat aku memutuskan untuk mencitaimu, pada saat itu aku sadar, bahwa akupun akan merasa sakit. Tapi aq telah memilihnya, dan aku juga sadar apa yang nantinya akan kudapati. Bahkan Akupun sadar, aku memilih jalan yang salah telah mencintaimu, dan merasakan sakit karnamu. Tapi, di sisi lain, aku senang, aku bahagia. Karna bagiku, dengan mencintaimu, aku belajar bagaimana arti memberi ketika kita tidak pernah ternilai. Bagaimana menjadi sebuah akar bagi pohon besar. Bagimana arti sebuah perjuangan dalam mencapai apa yang kita inginkan. Dan mencintaimu juga membuatku tau, bahwa segala hal dalam hidup ini, tidaklah mudah. Semua butuh proses, semua butuh usaha, dan semua butuh yang namanya pengorbanan. Bicara Akar,,,, akar adalah komponen dari sebuah pohon. Tapi apalah arti sebuah akar baginya. Diya tidak pernah nampak, walau selalu berada dalam komponennya. Dia, berpengaruh, tapi apalah arti semuanya. Dia, tetap tidak yakin akan keberadaan dirinya sendiri. Dia tau, pohon itu indah, pohon itu memberi keteduhan bagi mereka yang lelah dan beristirahat dibawahnya. Akar pun tau, bagaimana mana pentingnya pohon bagi makhluk hidup. Buahnya, bunganya, rantingnya, daunnya, bahkan batangnya, semua memiliki arti, semua memiliki manfaat bagi manusia. Sedangkan akar! Akar, hanyalah komponen kecil, yang tiada berguna, dan tiada manfaatnya. Tidak pernah terlihat, dan bahkan tak banyak yang ingin tau, tentangnya. Tapi yang ku kagumi dari sebuah akar, dia yang tidak pernah merasa lelah, dalam menopang tumbuhnya pohon. Bertahun tahun, berabad-abad, sampai akhirnya pun, akar tetap setia menopangnya walau sang pohon nantipun akan meninggalkannya sebatang kara, denga sisa serpihannya. Karna akar tahu, pohon pun membutuhkannya, walau ia tak mau mengakui keberadaannya. Akar, mengasihi pohon, sampai akhir hayatnya. Itulah cinta kasih akar, yang tak terlihat, dan tak ternilai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar